Skip to content

Antara Ayunda, Budaya Literasi dan Novel Pertamanya

Antara Ayunda, Budaya Literasi dan Novel Pertamanya – Sebagai orang tua, tak ada yang lebih membahagiakan selain anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, berprestasi, cerdas dan berkarakter dibalut dengan keimanan dan budi pekerti luhur.

Bisa jadi karena itulah dulu saya menyetujui permintaan mamanya agar Ayunda dimasukkan ke sekolah dasar yang menerapkan sistem Full Day School.

Jujur, awalnya saya memang agak keberatan. Saya khawatir Ayunda menjadi kurang pergaulan dan tidak bisa menikmati masa-masa kanak-kanaknya bermain bersama teman-teman sebayanya di lingkungan rumah.

Namun ternyata saya salah. Anak perempuan saya satu-satunya ini justru tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan berprestasi dalam bidang akademik maupun non akademik tanpa harus kehilangan masa kanak-kanaknya.

Selain selalu ranking 1 di kelas dan hafal hampir 3 juz Al-Qur’an, Ayunda yang kini duduk di kelas VI SDIT Ukhuwah Islamiyah Kadirojo, Kalasan, juga mengukir banyak berprestasi di bidang olah raga seperti taek wondo dan renang, dua dari sekian banyaknya ekstra kurikuler yang diikuti di sekolah.

Prestasi lain yang menonjol dan membanggakan adalah dalam dunia literasi kepenulisan. Kegemarannya membaca dan menulis sejak kecil, didukung iklim pembiasaan literasi dalam kerangka Gerakan Literasi Sekolah yang dicanangkan oleh pemerintah, telah menghasilkan tak kurang dari 15 buah novel dan 4 buah komik.

Dua diantaranya bahkan akan diterbitkan oleh sebuah penerbit mayor khusus karya anak-anak yakni KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya), lini penerbit di bawah Mizan Publishing House.

Motivasi Besar Bagi Ayunda Memasuki Dunia Literasi Kepenulisan

Ketika SAN (Surat Akad Jual Beli Naskah) dari KKPK Mizan datang, saya melihat dia begitu gembira. Dia berlari ke sana ke mari mirip Ronaldo sedang melakukan seremoni gol.

Wajar kalau dia begitu gembira mengingat penantian panjang yang telah dilalui. Dalam ingatan saya, tak kurang dari setahun ia menunggu naskah-naskahnya di review hingga akhirnya di setujui oleh penerbit. Selain kegembiraan, dua SAN tersebut juga memberi motivasi yang luar biasa baginya. Motivasi untuk memasuki dunia kepenulisan sepenuhnya dan meraih cita-cita.

Ya, dia memang bercita-cita menjadi seorang dosen sekaligus penulis novel. Cita-cita yang sudah terbenam kuat dalam alam pikirnya dan selalu menjadi jawaban bila ditanya oleh sia.

Ayunda SAN

Peran dan Dukungan Keluarga dalam Menumbuhkan Budaya Literasi

Keluarga sebagai entitas sososial terkecil yang menyusun kedirian bangsa yang hebat ini berperan besar dalam budaya literasi. Dari keluarga proses pendidikan baik langsung maupun tak langsung diperoleh. Melalui keluarga pula anak mengenal dunia sekitar dan pola pergaulan yang akan membentuk pola kepribadian dan dalam mencapai pendidikan berkarakter. Begitu pula Ayunda, prestasinya dalam bidang literasi kepenulisan tersebut tak lepas dari peran dan dukungan keluarga. 

Terinspirasi pemikiran Penny Peck dalam bukunya yang berjudul Crash Course in Storytime Fundamentals, sejak usia pra sekolah Ayunda memang sudah saya kenalkan dengan buku bacaan serta diajari membaca dan menulis oleh mamanya. Mamanya juga lebih suka membelikan mainan buku cerita bergambar ketimbang boneka atau alat masak-masakan.

Tujuan saya adalah menumbuhkan kemampuan membaca (print motivations) serta memberikan dasar ingatan yang baik di sejak dini bahwa membaca buku itu menyenangkan. Hasilnya, saat masuk TK dia sudah bisa membaca buku-buku cerita dengan lancar (narrative skill) di saat teman-temannya masih belajar mengeja abjad. Mirip seperti yang dilakukan mamanya saat membacakan buku-buku dongeng nina bobo kepadanya sebelum tidur

Kegemaran membaca serta kecintaan Ayunda kepada buku dan dunia kepenulisan akhirnya memang terbentuk dan terus berlanjut hingga saat ini. Bila tidak ada jadwal les atau kegiatan ekstrakurikuler, waktu luangnya selalu diisi dengan kegiatan membaca buku-buku atau merangkai kata-kata menjadi sebuah cerpen atau draft novel.

Sebagai orang tua, saya dan mamanya selalu mendukung dengan memberi ruang seluas-luasnya untuk mengembangkan bakat, terus memotivasi dan menanamkan kepercayaan diri,  membangun komunikasi yang hangat serta menciptakan suasana rumah yang kondusif baginya. Ya, tentu saja termasuk menganggarkan sejumlah uang setiap bulan karena dia pasti merengek minta dibelikan buku-buku baru untuk memperkaya wawasan dan menambah skill menulisnya.

Mengenal Ragam Literasi Dasar

Keterlibatan Masyarakat

Upaya menumbuhkan budaya literasi memang tidak cukup dilakukan oleh sekolah dan keluarga saja namun juga membutuhkan kehadiran dan sinergitas masyarakat yang dilandasi nilai-nilai “Patrap Trikola” yakni Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani.

Kehadiran dan peran serta masyarakat juga didasarkan pada semangat kesamaan hak, kesejajaran dan gotong royong yang didasarkan pada nilai Respect (Rasa hormat dan saling menghargai), Responsibility (Tanggung jawab) dan Relationship (Hubungan yang bermakna dan berkualitas), sebagaimana tercantum Permendikbud No 30 Tahun 2017, dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan dan aspirasi anak.

Lebih khusus lagi, dukungan dan keterlibatan masyarakat dalam menumbuhkan budaya literasi juga diatur dalam Permendikbud No 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Salah satu bentuk keterlibatan masyarakat dalam menumbuhkan budaya literasi adalah dengan mendirikan tamna-taman bacaan bagi warga.

Saya merasa beruntung, bahwa minat dan bakat Ayunda dalam literasi kepenulisan langsung atau tidak langsung juga mendapat dukungan dari lingkungan dan masyarakat. Di tempat tinggal saya, selain sepakat dan konsistem menerapkan Jam Belajar Masyarakat (JBM) dari pukul 18.00 WIB-21.00 WIB, masyarakat juga guyup rukun mendirikan taman bacaan warga.

Taman bacaan swadaya masyarakat yang berdiri sejak 5 tahun lalu ini berada di Balai RW, hanyak berjarak 5 rumah dari tempat tinggal saya dan menjadi salah satu tempat favorit Ayunda. Ada ratusan buku dari berbagai kategori di taman bacaan ini yang kebanyakan berasal donasi dari warga sekitar dan juga sumbangan dari para penggiat literasi. 

Berada persis di tengah-tengah kampung, taman bacaan ini tak pernah sepi dari anak-anak dan orang tua terutama saat sore hari dan hari-hari libur. Satu bulan sekali bahkan ada kelas mendongeng untuk anak-anak yang yang diadakan oleh para relawan yang kebanyakan berasal dari mahasiswa. 

Walaupun masih sangat terbatas, namun hadirnya taman bacaan ini adalah salah satu bentuk keikutsertaan masyarakat dalam membudayakan budaya literasi yang bermanfaat dalam mencerdaskan bangsa. Terima kasih telah membaca artikel berjudul “Ayunda, Budaya Literasi dan Novel Pertamanya” ini.

Say Something!

Butuh sesuatu, ingin menawarkan kerja sama, mau kasih donasi, atau mau ngajak “ngangkring bareng”, jangan ragu untuk menghubungi saya.

Harga dan Fitur Hosting Murah RumahWeb

[table id=17 /]

Tips Menang Lomba Blog, 100% Menang!

  • 1
    Buat lomba blog sendiri
  • 2
    Sediakan hadiah sendiri
  • 3
    Ikuti sendiri
  • 4
    Jadi juri dan nilai sendiri
  • 5
    Menangkan tulisan sendiri
  • 6
    Sukses!
piala

Ups sorry saya bercanda! 

Saya hanya mau mengatakan bahwa menang lomba blog itu susah dirumuskan bahkan tidak ada rumusnya sama sekali. Itu menurut saya. Berbagai tips yang ada hanyalah guidance agar artikel kita lebih terstruktur, mendekati syarat dan ketentuan lomba begitu. Namun itu tidak memberikan jaminan menang dalam lomba blog. Faktanya, banyak artikel bagus (isi, layout, sesuai S & K) namun kalah. Sedangkan artikel yang sangat sederhana justru malah menang. 

Dari fakta ini saya berpendapat bahwa setiap peserta lomba memiliki peluang yang sama. Tidak perduli ia blogger top, blogger celebrity, blogger mastah, blogger senior, blogger pemula, dan apa pun sebutan atau predikatnya. Yang penting adalah menulis artikel dan segera mensubmitnya. Itu saja. 

Abaikan pandangan juri berpihak, tidak fair, penyelanggara lomba sudah mensetting pemenangnya, atau pemenang hanya dari kalangan terdekatnya saja. Ya abaikan saja pikiran tersebut meski pun tidak menutup kemungkinan hal itu terjadi. 

Satu lagi, percayalah bahwa setiap tulisan kita akan menemukan takdirnya sendiri. Selain itu menang atau kalah itu erat hubungannya dengan REJEKI, dan rejeki itu tak akan tertukar.

Wallahu a’lam bishawab.