Skip to content

Goresan Canting di Kampung Batik Tegalrejo

Kampung Tegalrejo Gunung Kidul terdengar di mana-mana, bahkan telah mendunia. Selain potensi pariwisatanya yang eksotis, kampung ini dikenal juga dengan batik pewarna alamnya. Orang-orang mengenalnya dengan Batik Tegalrejo.

Tegalrejo adalah salah satu kampung yang berada di Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul. Secara geografis, lokasinya berada di wilayah paling utara berbatasan langsung dengan kabupaten Klaten.

Tidak sulit untuk mengujungi kampung ini. Akses jalan bisa melalui Srowot Klaten atau Wonosari, pusat kota Gunung Kidul. Kalau Anda ingin jalur yang landai, lewat saja Srowot.  Selain jalannya lebar, lalu lintasnya juga tidak terlalu padat. 

Namun kalau Anda ingin memanjakan mata, maka pilih saja jalur Wonosari. Kontur jalannya memang agak naik turun seperti di Puncak Bogor, tetapi sepanjang perjalanan Anda akan melihat pemadangan Gunung Kidul yang “ijo royoroyo”. Apalagi di musim penghujan seperti saat ini. 

Saya sendiri menyukai jalur Wonosari bila ingin menikmati eksotisme Curug 6 susun di perbatasan Tegalrejo-Bayat atau uji nyali dengan main flying fox di Green Village yang lokasinya tak jauh dari kampung ini. 

Bg Batik 01

Gapura Kampung Tegalrejo, Gedangsari, Gunung Kidul – Dokumen pribadi

Gigih Mengejar Ketertinggalan Hingga Menjadi Barometer Industri Batik Nusantara

Satu hal menarik dari kampung Tegalrejo ini adalah upayanya dalam melakukan transformasi diri menjadi kampung yang lebih maju dan produktif, mengejar ketertinggalannya dengan memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya. Bagaimana tidak, Tegalrejo dan kecamatan Gedangsari pada umum memang memang disebut sebagai wilayah tertinggal di kabupaten Gunung Kidul selain Saptosari, Playen, dan Nglipar.

Usahanya bangkit dari ketertinggalan memang tidak sia-sia. Faktanya, Tegalrejo kini kian moncer dengan pariwisata dan industri batik tulisnya yang sering diberitakan baik nasional maupun internasional.
Pada tahun 2017, Tegalrejo bahkan mendapat predikat bergengsi atas kegigihannya tersebut yakni dinobatkan sebagai Kampung Batik dan Kampung Wisata Budaya Rintisan yang tidak semua kampung memilikinya.

Predikat ini memang tak berlebihan mengingat industri batik di Tegalrejo memang berkembang sangat pesat dalam satu dasawarsa terakhir. Ini bisa dilihat dari munculnya puluhan sentra batik di kampung yang memiliki penduduk tak lebih dari 2.216 jiwa ini. 

Dari gapura masuk desa saja anda akan disambut dengan ucapan selamat datang tanpa meninggalkan kata batik. Bila masuk ke tengah kampung, Anda akan melihat plang papan nama sentra-sentra batik berjajar di sepanjang jalan.

Ya, Industri kerajinan Batik Tegalrejo memang semakin populer bahkan telah menjadi baromater industri batik nusantara. Ia sering dijadikan tempat studi banting serta pelatihan para pengrajin batik dari berbagai wilayah lain di Indonesia.

 

Geliat Batik Tegalrejo, Gedangsari, Gunung Kidul – Dokumen pribadi

Pelopor Batik Tulis Pewarna Alam

Sebelum melejit dan terkenal seperti sekarang, industri batik Tegalrejo memang pernah redup seperti nyala lampu sentir yang kehabisan minyak. Hal ini disampaikan sendiri oleh Pak Surono, salah satu perintis usaha batik Tegalrejo.

“Dulu kondisinya tidak seperti ini. Bisa saya bilang kerajinan batik di tegalrejo pernah redup dalam waktu lama.”  Kata beliau yang juga seorang dalang kondang di Gunung Kidul ini.

“Ambruknya batik Tegalrejo saat itu lebih disebabkan karena masyarakat di sini lebih senang menjadi buruh batik di Bayat (kecamatan Bayat-Klaten) ketimbang menjadikan batik sebagai usaha sendiri.” Lanjut beliau yang merintis usaha batik miliknya dengan merek “Kalimosodo’ sejak tahun 2000.

 

Batik Tegal Rejo 08

Bapak Surono, pelopor Batik Tegalrejo Gedangsari, Gunung Kidul – Dokumen pribadi

Setelah ambruk cukup lama, Batik Tegalrejo akhirnya memang bisa bangkit lagi. Ini terjadi pasca gempa Bantul tahun 2006. Saat itu mulai muncul kesadaran dari masyarakat untuk merintis usaha batik sendiri. Pemda DIY juga mendukung dalam bentuk pelatihan membatik dan pemasaran melalui Program Terpadu Pengentasan Kemiskinan Lintas Sektoral.

Hal lain yang berkontribusi pada bangkit Batik Tegalrejo ini adalah mulai dikenalnya pewarna alami oleh pengrajin.

Pewarna alami ini diolah dari tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar seperti kulit pohon jati dan mahoni, mangga, pace, daun indigofera, putri malu, bahkan daun jalawe yang dianggap angker oleh masyarakat.
Selain ramah lingkungan, keunggulan pewarna alam ini menjadikan warna batik yang dihasilkan juga lebih elegan dan tahan lama.

“Untuk batik tulis pewarna alam ini Tegalrejo bisa dibilang sebagai pelopornya. Kalau sekarang apa yang dipakai di Tegalrejo sudah banyak dicontoh oleh pengrajin lain di Indonesia. Lha wong mereka study bandingnya juga ke sini.” Kata Pak Dalang Surono dengan bangga.

Selain penggunaan pewarna alam, ciri khas dan keunikan lain dari batik Tegalrejo ini juga terletak pada motif dan coraknya. Pengrajin bebas membuat kreasi motif sendiri-sendiri. Mereka dibimbing oleh para mentor melalui program pendampingan IKM Batik yang didukung para pengusaha hingga para desainer top Yogyakarta.

Meskipun begitu, corak batik yang populer dan menjadi tonggak kebangkitan Batik Tegalrejo adalah motif batik Gedangsari I, Gedangsari II, Pring Sedapur, Sekaring Gedangsari, Jagading Gedangsari, dan Pring Seling Srikaya. Motif-motif batik tersebut mempunyai filosofi hidup masyarakat serta menggambarkan kekayaan flora dan fauna khas Gunungkidul.

Pengrajin Batik Tegalrejo, Gedangsari, Gunung Kidul – Dokumen pribadi

Kampung Berseri Astra

Moncernya Tegalrejo hingga dinobatkan sebagai Kampung Batik dan Budaya Rintisan memang tidak terjadi begitu saja. Selain semangat dan kerja keras pengrajin dalam upaya memperbaiki taraf kehidupan, ada sinergitas yang apik antara masyarakat, pemerintah dan kehadiran pihak swasta di dalamnya. Salah satunya adalah ASTRA dengan program Kampung Berseri Astra (KBA).

Ya, Tegalrejo dan kecamatan Gedangsari secara umum merupakan salah satu wilayah binaan Astra melalui program KBA di Gunung Kidul. KBA sendiri merupakan program Kontribusi Sosial Berkelanjutan (CSR) dari Astra International yang hadir sejak tahun 2017. Program ini mengimplementasikan konsep pengembangan terintegrasi melalui empat pilar yakni PENDIDIKAN, KEWIRAUSAHAAN, LINGKUNGAN dan KESEHATAN

Melalui empat pilar ini, Astra mendukung Desa Tegalrejo mewujudkan desa yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif. Tujuannya adalah menciptakan kualitas hidup masyarakat lebih baik dan semakin meningkat.

Paud Mutiara Bunda
Pembuatan Pewarna
Penanaman Srikaya

PAUD Mutiara Bunda – Penanaman pohon Sirsak dan Srikaya – Proses pembuatan pewarna alami batik. SumberInstagram @kba_gedangsari

Gedung 2 Bantuan Astra Smkn 2 Gedangsari
Ruang Fashion Smkn 2 Gedangsari

Gedung 2 SMKN 2 Gedangsari, Gunung Kidul – Dokumen pribadi

Terpilihnya Tegalrejo sebagai Kampung Berseri Astra bukan tanpa alasan. Tegalrejo memangmemiliki potensi besar yang bisa dikembangkan mulai dari kekayaan sumber daya alamnya hingga kehidupan sosial budaya masyarakat yang sudah begitu akrab dengan batik secara turun temurun. Dari program inilah Tegalrejo dikokohkan sebagai kampung batik serta yang kini menjadi destinasi wisata batik baik untuk tujuan edukasi (studi banding) maupun tempat belanja batik dan oleh-oleh khas Tegalrejo.

Hadirnya KBA di Tegalrejo Gedangsari ini secara signifikan memang sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Bahkan program-programnya mampu ‘mengkawainkan’ antara industri batik masyarakat dengan dunia pendidikan.

Melalui KBA Gedangsari, Astra mendorong batik Tegalrejo masuk dalam kurikulum pendidikan muatan lokal yang diajarkan di sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar hingga lanjutan. Namun tak berhenti sampai di situ saja, dorongan dan dukungan ASTRA pun menyentuh pula pada pembangunan fisik gedung sekolah beserta fasilitasnya.

Luckmy Lastin, Ketua Pokja Kurikulum di sekolah SMKN 2 Gedangsari yang saya temui pun membenarkan bahwa Gedung 2 untuk Jurusan Tata Busana beserta fasilitasnya seperti laboratorium komputer, perpustakaan dan teaching factory merupakan support dari Astra.

Secara berkelanjutan, Astra melalui program Kampung Berseri juga memfasilitasi siswa dan guru mengikuti berbagai pelatihan, di samping membantu promosi dan pemasaran hasil karya siswa melalui berbagai ajang kegiatan pameran baik lokal hingga nasional.

Say Something!

Butuh sesuatu, ingin menawarkan kerja sama, mau kasih donasi, atau mau ngajak “ngangkring bareng”, jangan ragu untuk menghubungi saya.

Harga dan Fitur Hosting Murah RumahWeb

[table id=17 /]

Tips Menang Lomba Blog, 100% Menang!

  • 1
    Buat lomba blog sendiri
  • 2
    Sediakan hadiah sendiri
  • 3
    Ikuti sendiri
  • 4
    Jadi juri dan nilai sendiri
  • 5
    Menangkan tulisan sendiri
  • 6
    Sukses!
piala

Ups sorry saya bercanda! 

Saya hanya mau mengatakan bahwa menang lomba blog itu susah dirumuskan bahkan tidak ada rumusnya sama sekali. Itu menurut saya. Berbagai tips yang ada hanyalah guidance agar artikel kita lebih terstruktur, mendekati syarat dan ketentuan lomba begitu. Namun itu tidak memberikan jaminan menang dalam lomba blog. Faktanya, banyak artikel bagus (isi, layout, sesuai S & K) namun kalah. Sedangkan artikel yang sangat sederhana justru malah menang. 

Dari fakta ini saya berpendapat bahwa setiap peserta lomba memiliki peluang yang sama. Tidak perduli ia blogger top, blogger celebrity, blogger mastah, blogger senior, blogger pemula, dan apa pun sebutan atau predikatnya. Yang penting adalah menulis artikel dan segera mensubmitnya. Itu saja. 

Abaikan pandangan juri berpihak, tidak fair, penyelanggara lomba sudah mensetting pemenangnya, atau pemenang hanya dari kalangan terdekatnya saja. Ya abaikan saja pikiran tersebut meski pun tidak menutup kemungkinan hal itu terjadi. 

Satu lagi, percayalah bahwa setiap tulisan kita akan menemukan takdirnya sendiri. Selain itu menang atau kalah itu erat hubungannya dengan REJEKI, dan rejeki itu tak akan tertukar.

Wallahu a’lam bishawab.